Pas
buka2 laptop, liat sejibun LP2 jadi kangen masa2 profesi dulu. Laporan
Pendahuluan ini aku buat waku profesi stase anak di RSUD Kanjuruhan
Kepanjen, jadi kangen Pak Ali perseptor stase anak di kanjuruhan, hihihi
^^. LP bikin nostalgia masa2 jadi mahasiswa, dari pada disimpen lumutan
dileptop semoga bermanfaat.
BAB I
TINJAUAN TEORI
I.
KONSEP TEORI DHF
A. Pengertian
Demam dengue/DHF dan demam berdarah dengue/DBD (dengue haemoragic fever/DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang disertai lekopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan diastesis haemoragic (Suhendro, dkk, 2007 : 1709).
Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah infeksi akut yang disebabkan oleh arbovirus (arthropodbom virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes (Aedes albopictus dan Aedes aegypti) (ngastiyah, 2005 : 368)
Demam berdarah dengue adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh 4 tipe serotipe virus dengue dan ditandai dengan 4 gejala klinis utama yaitu demam yang tinggi, manisfestasi perdarahan, hepatomegali dan tanda-tanda kegagalan sirkulasi sampai timbulnya rejatan (sindrom rejatan dengue) sebagai akibat dari kebocoran plasma yang dapat menyebabkan kematian (Abdul Rohim, dkk, 2002 : 45).
Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit demam akut yang disertai dengan adanya manifestasi perdarahan, yang bertendensi mengakibatkan renjatan yang dapat menyebabkan kematian (Arief Mansjoer & Suprohaita; 2000; 419).
B. Etiologi
1. Virus dengue
Deman dengue dan demamm berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue, yang termasuk dalam genus flavivirus, keluarga flaviviridae. Flavivirus merupakan virus dengan diameter 30 mm terdiri dari asam aribonukleat rantai tunggal dengan berat molekul 4 x 106. Terdapat 4 serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4 yang semuanya dapat menyebabkan demam dengue dan demam berdarah dengue. Keempat serotipe ditemukan di Indonesia dengan DEN-3 merupakan serotip terbanyak (Suhendro, 2007 : 1709).
Virus Dengue merupakan keluarga flaviviridae dengan empat serotip (DEN 1, 2, 3, 4). Terdiri dari genom RNA stranded yang dikelilingi oleh nukleokapsid. Virus Dengue memerlukan asam nukleat untuk bereplikasi, sehingga mengganggu sintesis protein sel pejamu. Kapasitas virus untuk mengakibatkan penyakit pada pejamu disebut virulensi. Virulensi virus berperan melalui kemampuan virus untuk :
a. Menginfeksi lebih banyak sel,
b. Membentuk virus progenik,
c. Menyebabkan reaksi inflamasi hebat,
d. Menghindari respon imun mekanisme efektor
2. Vektor
Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor yaitu nyamuk aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis dan beberapa spesies lain merupakan vektor yang kurang berperan berperan.infeksi dengan salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe jenis yang lainnya (Arief Mansjoer &Suprohaita; 2000; 420).
Nyamuk Aedes Aegypti maupun Aedes Albopictus merupakan vektor penularan virus dengue dari penderita kepada orang lainnya melalui gigitannya nyamuk Aedes Aegyeti merupakan vektor penting di daerah perkotaan (Viban) sedangkan di daerah pedesaan (rural) kedua nyamuk tersebut berperan dalam penularan. Nyamuk Aedes berkembang biak pada genangan Air bersih yang terdapat bejana – bejana yang terdapat di dalam rumah (Aedes Aegypti) maupun yang terdapat di luar rumah di lubang – lubang pohon di dalam potongan bambu, dilipatan daun dan genangan air bersih alami lainnya ( Aedes Albopictus). Nyamuk betina lebih menyukai menghisap darah korbannya pada siang hari terutama pada waktu pagi hari dan senja hari. (Soedarto, 1990 ; 37).
3. Host
Jika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya maka ia akan mendapatkan imunisasi yang spesifik tetapi tidak sempurna, sehingga ia masih mungkin untuk terinfeksi virus dengue yang sama tipenya maupun virus dengue tipe lainnya. Dengue Haemoragic Fever (DHF) akan terjadi jika seseorang yang pernah mendapatkan infeksi virus dengue tipe tertentu mendapatkan infeksi ulangan untuk kedua kalinya atau lebih dengan pula terjadi pada bayi yang mendapat infeksi virus dengue huntuk pertama kalinya jika ia telah mendapat imunitas terhadap dengue dari ibunya melalui plasenta. (Soedarto, 1990 ; 38).
C. Klasifikasi DHF
WHO, 1986
mengklasifikasikan DHF menurut derajat penyakitnya menjadi 4 golongan, yaitu :
1. Derajat I
Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan
spontan. Panas 2-7 hari, Uji tourniquet positif, trombositipenia, dan
hemokonsentrasi.
2. Derajat II
Sama dengan derajat I, ditambah dengan gejala-gejala
perdarahan spontan seperti petekie, ekimosis, hematemesis, melena, perdarahan
gusi.
3. Derajat III
Ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi
lemah dan cepat ( >120x/mnt ) tekanan nadi sempit ( £ 120 mmHg ), tekanan darah
menurun, ( 120/80 ®
120/100 ®
120/110 ®
90/70 ®
80/70 ®
80/0 ®
0/0 )
4. Derajat IV
Nadi tidak teaba, tekanan darah tidak teatur ( denyut jantung
³ 140x/mnt ) anggota gerak
teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru.
Secara Minis
1. Kasus DBD
-
Demam
akut 2-7 hari, bersifat bifasik.
-
Manifestasi
perdarahan yang biasanya berupa
·
uji
tourniquet positif
·
petekia,
ekimosis, atau purpura
·
Perdarahan
mukosa, saluran cerna, dan tempat bekas suntikan
·
Hematemesis
atau melena
-
Trombositopenia
< 100.00/pl
-
Kebocoran
plasma yang ditandai dengan
-
Peningkatan
nilai hematrokrit >_ 20 % dari nilai baku sesuai umur dan jenis kelamin.
-
Penurunan
nilai hematokrit >_ 20 % setelah pemberian cairan yang adekuat Nilai Ht normal
diasumsikan sesuai nilai setelah pemberian cairan.
-
Efusi
pleura, asites, hipoproteinemi
2. SSD
Definisi kasus DBD ditambah gangguan sirkulasi yang
ditandai dengan :
-
Nadi
cepat, lemah, tekanan nadi < 20 mmHg, perfusi perifer menurun
-
Hipotensi,
kulit dingin-lembab, dan anak tampak gelisah.
D. Tanda Dan Gejala
1. Demam : demam tinggi timbul
mendadak, terus menerus, berlangsung dua sampai tujuh hari turun secara cepat menuju suhu normal atau lebih
rendah. Bersamaan dengan berlangsung demam, gejala – gejala klinik yang tidak
spesifik misalnya anoreksia. Nyeri punggung , nyeri tulang dan persediaan,
nyeri kepala dan rasa lemah dapat menyetainya.
2. Perdarahan : perdarahan
disini terjadi akibat berkurangnya trombosit (trombositopeni) serta gangguan
fungsi dari trombosit sendiri akibat metamorfosis trombosit. Perdarahan dapat
terjadi di semua organ yang berupa:
·
Uji
torniquet positif
·
Ptekie,
purpura, echymosis dan perdarahan konjungtiva
·
Epistaksis
dan perdarahan gusi
·
Hematemesis,
melena
·
Hematuri
3. Hepatomegali :
·
Biasanya
dijumpai pada awal penyakit
·
Pembesaran
hati tidak sejajar dengan beratnya penyakit
·
Nyeri
tekan pada daerah ulu hati
·
Tanpa
diikuti dengan ikterus
·
Pembesaran
ini diduga berkaitan dengan strain serotipe virus dengue
4. Syok : Yang dikenal dengan
DSS , disebabkan oleh karena : Perdarahan dan
kebocoran plasma didaerah intravaskuler melalui kapiler yang rusak.
Sedangkan tanda-tanda syok adalah:
·
Kulit
dingin, lembab terutama pada ujung hidung, jari dan kaki
·
Gelisah
dan Sianosis disekitar mulut
·
Nadi
cepat, lemah , kecil sampai tidak teraba
·
Tekanan
darah menurun (tekanan sistolik menurun sampai 80 mmHg atau kurang dari 80
mmHg)
·
Tekanan
nadi menurun (sampai 20mmHg atau kurang)
5. Trombositopeni: Jumlah
trombosit dibawah 150.000 /mm3 yang biasanya terjadi pada hari ke tiga sampai
ke tujuh.
6. Hemokonsentrasi :
Meningkatnya nilai hematokrit merupakan indikator kemungkinan terjadinya syok.
7. Gejala-gejala lain :
·
Anoreksi
, mual muntah, sakit perut, diare atau konstipasi serta kejang.
·
Penurunan
kesadaran
E. Pemeriksaan Dan Dignosis
1)
Uji Torniquet
Tes tourniquet
(Rumpel-Lende)/ tes kerapuhan kapiler merupakan metode diagnostik klinis untuk
menentukan kecenderungan perdarahan pada pasien. Penilaian kerapuhan dinding
kapiler digunakan untuk mengidentifikasi trombositopinia. Metode ini merupakan
syarat diagnosis DBD menurut WHO. Langkah tes torniquet :
a. Pra Analitik
· Persiapan pasien :
tidak memerlukan persiapan khusus
· Prinsip : Membuat
kapiler anoksia dengan membendung daerah vena. Dengan terjadinya anoksia dan
penambahan tekanan internal akan terlihat kemampuan kapiler bertahan. Jika
ketahanan kapiler turun akan timbul petechie
dikulit
· Alat bahan : tensimeter,
stetoskop, timer, spidol
b. Analitik
· Pasang manset
tensimeter pada lengan atas. Tentukan tekanan sistolik (TS) dan tekanan diastolik
(TD)
· Buat lingkaran pada
volar lengan bawah dengan radius 3cm,
· Pasang lagi
tensimeter dan buatlah tekanan sebesar ½ x (TS+TD), pertahankan tekanan ini
selama 5 menit.
· Longgarkan manset lalu perhatikan ada tidaknya
petechie dalam lingkaran yang dibuat
c. Post Analitik
· < 10 :
normal/negatif
· 10-20 : dubia
(ragu-ragu)
· >20 : abnormal
(positif)
2)
Labolatorium
-
Hb
dan PCV meningkat ( ³ 20% )
-
Leukopeni
( mungkin normal atau lekositosis )
-
Serologi
( Uji H ): respon antibody sekunder
-
Pada
renjatan yang berat, periksa : Hb, PCV berulang kali ( setiap jam atau 4-6 jam
apabila sudah menunjukkan tanda perbaikan ), Faal hemostasis, FDP, EKG, Foto
dada, BUN, creatinin serum.
-
Hemokonsentrasi
yaitu terjadi peningkatan nilai hematokrit > 20 %. Meningginya hematokrit
sangat berhubungan dengan beratnya renjatan. Hemokonsentrasi selalu mendahului
perubahan tekanan darah dan nadi, oleh
kerena itu pemeriksan hematokrit secara berkala dapat menentukan sat yang tepat
penghentian pemberian cairan atau darah.
-
Trombositopenia, akan terjadi penurunan
trombosit sampai dibawah 100.000 mm3
-
Sediaan
hapusan darah tepi, terdapat fragmentosit, yang
menandakan terjadinya hemolisis
-
Sumsum
tulang, terdapatnya hipoplasi sistem eritropoetik disertai hiperplasi sistem RE
dan terdapatnya makrofag dengan fagositosis dari bermacam jenis sel
-
Elektrolit,
: hiponatremi (135 mEq/l). terjadi hiponatremi karena adanya kebocoran
plasma,anoreksia, keluarnya keringat, muntah dan intake yang kurang
-
Hiperkalemi
, asidosis metabolic
-
Tekanan
onkotik koloid menurun, protein plasma menurun, Serum transaminasi meningkat.
F. Penatalaksanaan
1) Indikasi rawat tinggal
-
Panas
1-2 hari disertai dehidrasi ( karena panas, muntah, masukan kurang ) atau
kejang-kejang.
-
Panas
3-5 hari disertai nyeri perut, pembesaran hati, uji tourniquet positif /
negatif, kesan sakit keras ( tidak mau bermain ), Hb dan PCV meningkat.
-
Panas
disertai perdarahan
-
Panas
disertai renjatan.
2) Fase Demam
Hiperpireksia dapat diberikan kompres es dikepala,
ketiak, inguinal. Bila cairan oral tidak dapat diberikan karena tidak mau minum,
muntah atau nyeri perut yang berlebihan, maka cairan intravena rumatan perlu
diberikan. Antipiretik kadang-kadang diperlukan, namun antipiretik tidak dapat
mengurangi lama demam pada DBD.
3) Penggantian Volume
Plasma
Dasar patogenesis DBD adalah perembesan plasma, yang terjadi pada fase penurunan suhu (fase a-febris, fase krisis, fase syok) maka dasar pengobatannya adalah penggantian volume plasma yang hilang. Penggantian
volume cairan harus adekuat, seminimal mungkin mencukupi kebocoran plasma.
Secara umum volume yang dibutuhkan adalah jumlah cairan rumatan ditambah 5-8%.
Cairan intravena diperlukan, apabila (1) Anak terus menerus muntah, tidak mau
minum, demam tinggi sehingga tidak rnungkin diberikan minum per oral, ditakutkan
terjadinya dehidrasi sehingga mempercepat terjadinya syok. (2) Nilai hematokrit
cenderung meningkat pada pemeriksaan berkala. Jumlah cairan yang diberikan
tergantung dari derajat dehidrasi dan kehilangan elektrolit, dianjurkan cairan
glukosa 5% di dalam larutan NaCl 0,45%. Bila terdapat asidosis, diberikan
natrium bikarbonat 7,46% 1-2 ml/kgBB intravena bolus perlahan-lahan. Apabila
terdapat hemokonsentrasi 20% atau lebih maka komposisi jenis cairan yang
diberikan harus sama dengan plasma. Volume dankomposisi cairan yang diperlukan
sesuai cairan untuk dehidrasi pada diare ringan sampai sedang, yaitu cairan
rumatan + defisit 6% (5 sampai 8%), seperti tertera pada tabel dibawah ini :
Kebutuhan cairan pada dehidrasi sedang (defisit cairan 5 – 8 %)
Berat Badan waktu masuk RS (
kg )
|
Jumlah cairan ml/kg berat
badan per hari
|
<7
|
220
|
7 - 11
|
165
|
12-18
|
132
|
>18
|
88
|
Kebutuhan cairan Rumatan
Berat Badan ( kg )
|
Jumlah cairan ml
|
10
|
100 per kg BB
|
10 - 20
|
1000 + 50 x kg (diatas 10 kg)
|
>20
|
1500 + 20 x kg (diatas 20 kg)
|
Jenis Cairan (rekomendasi WHO)
a.
Kristaloid
·
Larutan ringer laktat (RL)
·
Larutan ringer asetat (RA)
·
Larutan garam faali (GF)
·
Dekstrosa 5% dalam larutan ringer laktat (D5/RL)
·
Dekstrosa 5% dalam larutan ringer asetat (D5/RA)
·
Dekstrosa 5% dalam 1/2 larutan garam faali
(D5/1/2LGF)
·
(Catatan:Untuk resusitasi syok dipergunakan
larutan RL atau RA tidak boleh larutan yang mengandung dekstran)
b.
Koloid
·
Dkstran 40
·
Plasma
·
Albumin
4)
Syok Sindrom Dengue
a. Penggantian volume segera
·
Pengobatan awal cairan intravena larutan ringer laktat > 20 ml/kg BB.
Tetesan diberikan secepat mungkin
maksimal 30 menit. Pada anak dengan berat badan lebih, diberi cairan sesuai
berat BB ideal danumur 10 mm/kg BB/jam.
·
Bila tidak ada perbaikan pemberian cairan kristoloid ditambah cairan
koloid. Apabila syok belum dapat teratasi setelah 60 menit beri cairan
kristaloid dengan tetesan 10 ml/kg BB/jam.
·
Bila tidak ada perbaikan stop pemberian kristaloid danberi cairan koloid
(dekstran 40 atau plasma) 10 ml/kg BB/jam. Pada umumnya pemberian koloid tidak
melebihi 30 ml/kg BB. Maksimal pemberian koloid 1500 ml/hari, sebaiknya tidak diberikan
pada saat perdarahan.
·
Setelah pemberian cairan resusitasi kristaloid dan koloid syok masih
menetap sedangkan kadar hematokrit turun, diduga sudah terjadi perdarahan; maka
dianjurkan pemberian transfusi darah segar.
·
Apabila kadar hematokrit tetap > tinggi, maka berikan darah dalam volume
kecil (10 ml/kg BB/jam) dapat diulang sampai 30 ml/kgBB/ 24 jam.
·
Setelah keadaan klinis membaik, tetesan infus dikurangi bertahap sesuai
keadaan klinis dankadar hematokrit.
Pemeriksaan Hematokrit untuk Memantau Penggantian Volume
Plasma Pemberian cairan harus tetap diberikan walaupun tanda vital telah
membaik dankadar hematokrit turun. Tetesan cairan segera diturunkan menjadi 10 ml/kg
BB/jam dankemudian disesuaikan tergantung dari kehilangan plasma yang terjadi
selama 24-48 jam.
b.
Koreksi Gangguan Metabolik dan Elektrolit
Hiponatremia
danasidosis metabolik sering menyertai pasien DBD/SSD, maka analisis gas darah
dankadar elektrolit harus selalu diperiksa pada DBD berat.
II. KONSEP TEORI ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas
· Umur:
DHF merupakan penyakit tropik yang sering menyebabkan kematian pada anak dan
remaja.
· Jenis
kelamin: secara keseluruhan tidak terdapat perbedaan pada penderita DHF. Tetapi
kematian lebih sering ditemukan pada anak perempuan daripada anak laki-laki.
· Tempat
tinggal: penyakit ini semula hanya ditemukan di beberapa kota besar saja,
kemudian menyebar kehampir seluruh kota besar di Indonesia, bahkan sampai di
pedesaan dengan jumlah penduduk yang padat dan dalam waktu relatif singkat. biasanya nyamuk pembawa vector
banyak ditemukan pada daerah yang banyak genangan air atau didaerah yang lembab.
2. Keluhan Utama
Biasanya pasien datang dengan keluhan demam tinggi mendadak dan terus menerus selama 2-7 hari, terdapat petechie pada seluruh kulit, perdarahan gusi, neyri epigastrium, epistaksis, nyeri pada sendi-sendi, sakit kepala, lemah, nyeri ulu hati, mual dan nafsu makan menurun
3. Riwayat penyakit sekarang
Riwayat kesehatan menunjukkan adanya sakit kepala, nyeri otot, pegal seluruh tubuh, sakit pada waktu menelan, lemah, panas, mual, dan nafsu makan menurun.
4. Riwayat penyakit terdahulu
Ada kemungkinan anak yang telah terinfeksi penyakit DHf bisa terulang terjangkit DHF lagi, tetapi penyakit ini tak ada hubungan dengan penyakit yang perna diderita dahulu
5. Riwayat penyakit keluarga
Riwayat adanya penyakit DHF pada anggota keluarga yang lain sangat menentukan, Penyakit DHF dibawah oleh nyamuk jadi bila terdapat anggota keluarga yang menderita penyakit ini dalam satu rumah besar kemungkinan tertular karena penyakit ini ditularkan lewat gigitan nyamuk.
6. Riwayat Kesehatan Lingkungan
7. Daerah atau tempat yang sering dijadikan tempat tinggal nyamuk ini adalah lingkungan yang kurang pencahayaan dan sinar matahari, banyak genangan air, vas bunga yang jarang diganti airnya, kaleng bekas tempat penampungan air, botol dan ban bekas. Tempat –tempat seperti ini biasanya banyak dibuat sarang nyamuk Janis ini. Perlu ditanyakan pula apakah didaerah itu ada riwayat wabah DHF karena inipun juga dapat terulang kapan-kapan
8. Riwayat Tumbuh Kembang
9. Pengkajian Per Sistem
a. Sistem Pernapasan
Sesak,
perdarahan melalui hidung, pernapasan dangkal, epistaksis, pergerakan dada
simetris, perkusi sonor, pada auskultasi terdengar ronchi, krakles.
b. Sistem Persyarafan
Pada
grade III pasien gelisah dan terjadi penurunan kesadaran serta pada grade IV
dapat trjadi DSS
c. Sistem Cardiovaskuler
Pada
grde I dapat terjadi hemokonsentrasi, uji tourniquet positif, trombositipeni,
pada grade III dapat terjadi kegagalan sirkulasi, nadi cepat, lemah, hipotensi,
cyanosis sekitar mulut, hidung dan jari-jari, pada grade IV nadi tidak teraba
dan tekanan darah tak dapat diukur.
d. Sistem Pencernaan
Selaput
mukosa kering, kesulitan menelan, nyeri tekan pada epigastrik, pembesarn limpa,
pembesaran hati, abdomen teregang, penurunan nafsu makan, mual, muntah, nyeri
saat menelan, dapat hematemesis, melena.
e. Sistem perkemihan
Produksi
urine menurun, kadang kurang dari 30 cc/jam, akan mengungkapkan nyeri sat
kencing, kencing berwarna merah.
f. Sistem Integumen.
Terjadi
peningkatan suhu tubuh, kulit kering, pada grade I terdapat positif pada uji
tourniquet, terjadi pethike, pada grade III dapat terjadi perdarahan spontan
pada kulit.
B.
Diagnosa Dan
Intervensi
No
|
Diagnosa Keperawatan
|
Tujuan dan Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
1
|
Defisit Volume Cairan
Definisi : Penurunan cairan intravaskuler,
interstisial, dan/atau intrasellular. Ini mengarah ke dehidrasi, kehilangan
cairan dengan pengeluaran sodium
Batasan Karakteristik :
-
Kelemahan
-
Haus
-
Penurunan turgor kulit/lidah
-
Membran mukosa/kulit kering
- Peningkatan denyut nadi, penurunan tekanan darah, penurunan
volume/tekanan nadi
- Pengisian vena menurun
- Perubahan status mental
- Konsentrasi urine meningkat
- Temperatur tubuh meningkat
-
Hematokrit meninggi
-
Kehilangan berat badan seketika
(kecuali pada third spacing)
Faktor-faktor yang berhubungan:
-
Kehilangan volume cairan secara
aktif
-
Kegagalan mekanisme pengaturan
|
NOC:
v Fluid balance
v Hydration
v Nutritional Status :
Food and Fluid Intake
Kriteria Hasil :
v Mempertahankan urine
output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine normal, HT normal
v Tekanan darah, nadi,
suhu tubuh dalam batas normal
v Tidak ada tanda tanda
dehidrasi, Elastisitas turgor kulit baik, membran mukosa lembab, tidak ada
rasa haus yang berlebihan
|
NIC : Fluid management
·
Timbang popok/pembalut jika diperlukan
·
Pertahankan catatan intake dan output
yang akurat
·
Monitor status hidrasi ( kelembaban
membran mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik ), jika diperlukan
·
Monitor hasil lAb yang sesuai dengan
retensi cairan (BUN , Hmt , osmolalitas urin
)
·
Monitor vital sign
·
Monitor masukan makanan / cairan dan
hitung intake kalori harian
·
Kolaborasi pemberian cairan IV
·
Monitor status nutrisi
·
Berikan cairan
·
Berikan diuretik sesuai interuksi
·
Berikan cairan IV pada suhu ruangan
·
Dorong masukan oral
·
Berikan penggantian nesogatrik sesuai
output
·
Dorong keluarga untuk membantu pasien
makan
·
Tawarkan snack ( jus buah, buah segar )
·
Kolaborasi dokter jika tanda cairan
berlebih muncul meburuk
·
Atur kemungkinan tranfusi
·
Persiapan untuk tranfusi
|
2
|
Kelebihan Volume Cairan
Definisi : Retensi cairan isotomik meningkat
Batasan karakteristik :
-
Berat badan meningkat pada waktu
yang singkat
-
Asupan berlebihan dibanding output
-
Tekanan darah berubah, tekanan
arteri pulmonalis berubah, peningkatan CVP
-
Distensi vena jugularis
-
Perubahan pada pola nafas,
dyspnoe/sesak nafas, orthopnoe, suara nafas abnormal (Rales atau crakles),
kongestikemacetan paru, pleural effusion
-
Hb dan hematokrit menurun, perubahan
elektrolit, khususnya perubahan berat jenis
-
Suara jantung SIII
-
Reflek hepatojugular positif
-
Oliguria, azotemia
-
Perubahan status mental,
kegelisahan, kecemasan
Faktor-faktor yang berhubungan :
-
Mekanisme pengaturan melemah
-
Asupan cairan berlebihan
-
Asupan natrium berlebihan
|
NOC :
v
Electrolit and acid base balance
v
Fluid balance
v
Hydration
Kriteria
Hasil:
v Terbebas dari edema,
efusi, anaskara
v Bunyi nafas bersih,
tidak ada dyspneu/ortopneu
v Terbebas dari
distensi vena jugularis, reflek hepatojugular (+)
v
Memelihara tekanan vena sentral, tekanan kapiler paru, output
jantung dan vital sign dalam batas normal
v Terbebas dari
kelelahan, kecemasan atau kebingungan
v
Menjelaskanindikator kelebihan cairan
|
NIC : Fluid management
·
Timbang popok/pembalut jika diperlukan
·
Pertahankan catatan intake dan output
yang akurat
·
Pasang urin kateter jika diperlukan
·
Monitor hasil lAb yang sesuai dengan
retensi cairan (BUN , Hmt , osmolalitas urin
)
·
Monitor status hemodinamik termasuk CVP,
MAP, PAP, dan PCWP
·
Monitor vital sign
·
Monitor indikasi retensi / kelebihan
cairan (cracles, CVP , edema, distensi vena leher, asites)
·
Kaji lokasi dan luas edema
·
Monitor masukan makanan / cairan dan
hitung intake kalori harian
·
Monitor status nutrisi
·
Berikan diuretik sesuai interuksi
·
Batasi masukan cairan pada keadaan
hiponatrermi dilusi dengan serum Na < 130 mEq/l
·
Kolaborasi dokter jika tanda cairan
berlebih muncul memburuk
Fluid Monitoring
·
Tentukan riwayat jumlah dan tipe intake
cairan dan eliminaSi
·
Tentukan kemungkinan faktor resiko dari
ketidak seimbangan cairan (Hipertermia, terapi diuretik, kelainan renal,
gagal jantung, diaporesis, disfungsi hati, dll )
·
Monitor berat badan
·
Monitor serum dan elektrolit urine
·
Monitor serum dan osmilalitas urine
·
Monitor BP, HR, dan RR
·
Monitor tekanan darah orthostatik dan
perubahan irama jantung
·
Monitor parameter hemodinamik infasif
·
Catat secara akutar intake dan output
·
Monitor adanya distensi leher, rinchi,
eodem perifer dan penambahan BB
·
Monitor tanda dan gejala dari odema
·
Beri obat yang dapat meningkatkan output
urin
|
3
|
Nyeri
Definisi :
Sensori yang tidak menyenangkan dan pengalaman
emosional yang muncul secara aktual atau potensial kerusakan jaringan atau
menggambarkan adanya kerusakan (Asosiasi Studi Nyeri Internasional): serangan
mendadak atau pelan intensitasnya dari ringan sampai berat yang dapat diantisipasi
dengan akhir yang dapat diprediksi dan dengan durasi kurang dari 6 bulan.
Batasan karakteristik :
-
Laporan secara verbal atau non
verbal
-
Fakta dari observasi
-
Posisi antalgic untuk menghindari
nyeri
-
Gerakan melindungi
-
Tingkah laku berhati-hati
-
Muka topeng
-
Gangguan tidur (mata sayu, tampak
capek, sulit atau gerakan kacau, menyeringai)
-
Terfokus pada diri sendiri
-
Fokus menyempit (penurunan persepsi
waktu, kerusakan proses berpikir, penurunan interaksi dengan orang dan
lingkungan)
-
Tingkah laku distraksi, contoh :
jalan-jalan, menemui orang lain dan/atau aktivitas, aktivitas berulang-ulang)
-
Respon autonom (seperti diaphoresis,
perubahan tekanan darah, perubahan nafas, nadi dan dilatasi pupil)
-
Perubahan autonomic dalam tonus otot
(mungkin dalam rentang dari lemah ke kaku)
-
Tingkah laku ekspresif (contoh :
gelisah, merintih, menangis, waspada, iritabel, nafas panjang/berkeluh kesah)
-
Perubahan dalam nafsu makan dan
minum
Faktor yang berhubungan :
Agen injuri (biologi, kimia, fisik, psikologis)
|
NOC :
v Pain Level,
v Pain control,
v Comfort level
Kriteria Hasil :
v Mampu mengontrol
nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk
mengurangi nyeri, mencari bantuan)
v Melaporkan bahwa
nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
v Mampu mengenali
nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
v Menyatakan rasa
nyaman setelah nyeri berkurang
v Tanda vital dalam
rentang normal
|
NIC : Pain Management
§ Lakukan pengkajian
nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor presipitasi
§ Observasi reaksi
nonverbal dari ketidaknyamanan
§ Gunakan teknik
komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
§ Kaji kultur yang
mempengaruhi respon nyeri
§ Evaluasi pengalaman
nyeri masa lampau
§ Evaluasi bersama
pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa
lampau
§ Bantu pasien dan
keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
§ Kontrol lingkungan
yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
§ Kurangi faktor
presipitasi nyeri
§ Pilih dan lakukan
penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan inter personal)
§ Kaji tipe dan
sumber nyeri untuk menentukan intervensi
§ Ajarkan tentang
teknik non farmakologi
§ Berikan analgetik
untuk mengurangi nyeri
§ Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
§ Tingkatkan istirahat
§ Kolaborasikan
dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
§
Monitor penerimaan tentang manajemen
nyeri
Analgesic Administration
§ Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian obat
§ Cek instruksi
dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi
§ Cek riwayat alergi
§ Pilih analgesik yang
diperlukan atau kombinasi dari analgesik ketika pemberian lebih dari satu
§ Tentukan pilihan
analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri
§ Tentukan analgesik
pilihan, rute pemberian, dan dosis optimal
§ Pilih rute
pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara teratur
§ Monitor vital sign
sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali
§ Berikan analgesik
tepat waktu terutama saat nyeri hebat
§ Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan gejala (efek samping)
|
4
|
Hipertermia
Definisi : suhu tubuh naik diatas rentang normal
Batasan Karakteristik:
·
kenaikan suhu tubuh diatas rentang
normal
·
serangan atau konvulsi (kejang)
·
kulit kemerahan
·
pertambahan RR
·
takikardi
·
saat disentuh tangan terasa hangat
Faktor faktor yang berhubungan :
-
penyakit/ trauma
-
peningkatan metabolisme
-
aktivitas yang berlebih
-
pengaruh medikasi/anastesi
-
ketidakmampuan/penurunan kemampuan
untuk berkeringat
-
terpapar dilingkungan panas
-
dehidrasi
-
pakaian yang tidak tepat
|
NOC : Thermoregulation
Kriteria
Hasil :
v Suhu tubuh dalam rentang normal
v Nadi dan RR dalam rentang normal
v
Tidak ada perubahan
warna kulit dan tidak ada pusing
|
NIC :Fever treatment
§ Monitor suhu sesering
mungkin
§ Monitor IWL
§ Monitor warna dan
suhu kulit
§ Monitor tekanan
darah, nadi dan RR
§ Monitor penurunan
tingkat kesadaran
§ Monitor WBC, Hb, dan
Hct
§ Monitor intake dan
output
§ Berikan anti piretik
§ Berikan pengobatan
untuk mengatasi penyebab demam
§ Selimuti pasien
§ Lakukan tapid sponge
§ Kolaborasipemberian
cairan intravena
§ Kompres pasien pada
lipat paha dan aksila
§ Tingkatkan sirkulasi
udara
§ Berikan pengobatan
untuk mencegah terjadinya menggigil
Temperature regulation
§ Monitor suhu minimal
tiap 2 jam
§ Rencanakan monitoring
suhu secara kontinyu
§ Monitor TD, nadi, dan
RR
§ Monitor warna dan
suhu kulit
§ Monitor tanda-tanda
hipertermi dan hipotermi
§ Tingkatkan intake
cairan dan nutrisi
§ Selimuti pasien untuk
mencegah hilangnya kehangatan tubuh
§ Ajarkan pada pasien cara
mencegah keletihan akibat panas
§ Diskusikan tentang
pentingnya pengaturan suhu dan kemungkinan efek negatif dari kedinginan
§ Beritahukan tentang
indikasi terjadinya keletihan dan penanganan emergency yang diperlukan
§ Ajarkan indikasi
dari hipotermi dan penanganan yang diperlukan
§ Berikan anti piretik
jika perlu
Vital sign Monitoring
§ Monitor TD, nadi,
suhu, dan RR
§ Catat adanya
fluktuasi tekanan darah
§ Monitor VS saat
pasien berbaring, duduk, atau berdiri
§ Auskultasi TD pada
kedua lengan dan bandingkan
§ Monitor TD, nadi, RR,
sebelum, selama, dan setelah aktivitas
§ Monitor kualitas dari
nadi
§ Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
§ Monitor suara paru
§ Monitor pola
pernapasan abnormal
§ Monitor suhu,
warna, dan kelembaban kulit
§ Monitor sianosis
perifer
§ Monitor adanya cushing
triad (tekanan nadi yang melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)
§ Identifikasi
penyebab dari perubahan vital sign
|
5
|
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh
Definisi : Intake nutrisi tidak cukup untuk
keperluan metabolisme tubuh.
Batasan karakteristik :
-
Berat badan 20 % atau lebih di bawah
ideal
-
Dilaporkan adanya intake makanan
yang kurang dari RDA (Recomended Daily Allowance)
-
Membran mukosa dan konjungtiva pucat
-
Kelemahan otot yang digunakan untuk
menelan/mengunyah
-
Luka, inflamasi pada rongga mulut
-
Mudah merasa kenyang, sesaat setelah
mengunyah makanan
-
Dilaporkan atau fakta adanya
kekurangan makanan
-
Dilaporkan adanya perubahan sensasi
rasa
- Perasaan ketidakmampuan untuk mengunyah makanan
- Miskonsepsi
- Kehilangan BB dengan makanan cukup
- Keengganan untuk makan
- Kram pada abdomen
- Tonus otot jelek
- Nyeri abdominal dengan atau tanpa patologi
- Kurang berminat terhadap makanan
- Pembuluh darah kapiler mulai rapuh
- Diare dan atau steatorrhea
- Kehilangan rambut yang cukup banyak (rontok)
-
Suara usus hiperaktif
-
Kurangnya informasi, misinformasi
Faktor-faktor yang berhubungan :
Ketidakmampuan pemasukan atau mencerna makanan atau
mengabsorpsi zat-zat gizi berhubungan dengan faktor biologis, psikologis atau
ekonomi.
|
NOC :
v Nutritional Status :
food and Fluid Intake
v Nutritional Status :
nutrient Intake
v Weight control
Kriteria
Hasil :
v Adanya peningkatan
berat badan sesuai dengan tujuan
v Berat badan ideal
sesuai dengan tinggi badan
v Mampumengidentifikasi
kebutuhan nutrisi
v Tidak ada tanda tanda
malnutrisi
v Menunjukkan
peningkatan fungsi pengecapan dari menelan
v Tidak terjadi
penurunan berat badan yang berarti
|
NIC :
Nutrition
Management
§ Kaji adanya alergi
makanan
§ Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.
§ Anjurkan pasien
untuk meningkatkan intake Fe
§ Anjurkan pasien
untuk meningkatkan protein dan vitamin C
§ Berikan substansi
gula
§ Yakinkan diet yang
dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi
§ Berikan makanan
yang terpilih ( sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi)
§ Ajarkan pasien
bagaimana membuat catatan makanan harian.
§ Monitor jumlah
nutrisi dan kandungan kalori
§ Berikan informasi
tentang kebutuhan nutrisi
§ Kaji kemampuan pasien
untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
Nutrition
Monitoring
§ BB pasien dalam batas
normal
§ Monitor adanya
penurunan berat badan
§ Monitor tipe dan
jumlah aktivitas yang biasa dilakukan
§ Monitor interaksi
anak atau orangtua selama makan
§ Monitor lingkungan
selama makan
§ Jadwalkan
pengobatan dan tindakan tidak selama
jam makan
§ Monitor kulit
kering dan perubahan pigmentasi
§ Monitor turgor kulit
§ Monitor kekeringan,
rambut kusam, dan mudah patah
§ Monitor mual dan
muntah
§ Monitor kadar
albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht
§ Monitor makanan
kesukaan
§ Monitor pertumbuhan
dan perkembangan
§ Monitor pucat,
kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva
§ Monitor kalori dan
intake nuntrisi
§ Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik papila lidah dan cavitas oral.
§ Catat jika lidah
berwarna magenta, scarlet
|
6
|
Resiko infeksi
Definisi : Peningkatan resiko masuknya organisme
patogen
Faktor-faktor resiko :
-
Prosedur Infasif
-
Ketidakcukupan pengetahuan untuk
menghindari paparan patogen
-
Trauma
-
Kerusakan jaringan dan peningkatan
paparan lingkungan
-
Ruptur membran amnion
-
Agen farmasi (imunosupresan)
-
Malnutrisi
-
Peningkatan paparan lingkungan
patogen
-
Imonusupresi
-
Ketidakadekuatan imum buatan
-
Tidak adekuat pertahanan sekunder
(penurunan Hb, Leukopenia, penekanan respon inflamasi)
-
Tidak adekuat pertahanan tubuh
primer (kulit tidak utuh, trauma jaringan, penurunan kerja silia, cairan
tubuh statis, perubahan sekresi pH, perubahan peristaltik)
-
Penyakit kronik
|
NOC :
v Immune Status
v Knowledge : Infection
control
v Risk control
Kriteria Hasil :
v Klien bebas dari
tanda dan gejala infeksi
v Mendeskripsikan
proses penularan penyakit, factor yang mempengaruhi penularan serta
penatalaksanaannya,
v Menunjukkan kemampuan
untuk mencegah timbulnya infeksi
v Jumlah leukosit dalam
batas normal
v Menunjukkan perilaku
hidup sehat
|
NIC :
Infection Control (Kontrol infeksi)
·
Bersihkan lingkungan setelah dipakai
pasien lain
·
Pertahankan teknik isolasi
·
Batasi pengunjung bila perlu
·
Instruksikan pada pengunjung untuk
mencuci tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan pasien
·
Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci
tangan
·
Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah
tindakan kperawtan
·
Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
·
Pertahankan lingkungan aseptik selama
pemasangan alat
·
Ganti letak IV perifer dan line central
dan dressing sesuai dengan petunjuk umum
·
Gunakan kateter intermiten untuk
menurunkan infeksi kandung kencing
·
Tingktkan intake nutrisi
·
Berikan terapi antibiotik bila perlu
Infection Protection (proteksi terhadap
infeksi)
·
Monitor tanda dan gejala infeksi
sistemik dan lokal
·
Monitor hitung granulosit, WBC
·
Monitor kerentanan terhadap infeksi
·
Batasi pengunjung
·
Saring pengunjung terhadap penyakit
menular
·
Partahankan teknik aspesis pada pasien
yang beresiko
·
Pertahankan teknik isolasi k/p
·
Berikan perawatan kuliat pada area
epidema
·
Inspeksi kulit dan membran mukosa
terhadap kemerahan, panas, drainase
·
Ispeksi kondisi luka / insisi bedah
·
Dorong masukkan nutrisi yang cukup
·
Dorong masukan cairan
·
Dorong istirahat
·
Instruksikan pasien untuk minum
antibiotik sesuai resep
·
Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan
gejala infeksi
·
Ajarkan cara menghindari infeksi
·
Laporkan kecurigaan infeksi
·
Laporkan kultur positif
|
7
|
Kurang pengetahuan
Definisi :
Tidak adanya atau kurangnya informasi kognitif
sehubungan dengan topic spesifik.
Batasan karakteristik : memverbalisasikan adanya
masalah, ketidakakuratan mengikuti instruksi, perilaku tidak sesuai.
Faktor yang berhubungan : keterbatasan kognitif,
interpretasi terhadap informasi yang salah, kurangnya keinginan untuk mencari
informasi, tidak mengetahui sumber-sumber informasi.
|
NOC :
v Kowlwdge : disease
process
v Kowledge : health
Behavior
Kriteria
Hasil :
v Pasien dan keluarga
menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan program
pengobatan
v Pasien dan keluarga
mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar
v Pasien dan keluarga
mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya.
|
NIC : Teaching : disease Process
1.
Berikan penilaian tentang tingkat
pengetahuan pasien tentang proses penyakit yang spesifik
2.
Jelaskan patofisiologi dari penyakit
dan bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara
yang tepat.
3.
Gambarkan tanda dan gejala yang
biasa muncul pada penyakit, dengan cara yang tepat
4.
Gambarkan proses penyakit, dengan
cara yang tepat
5.
Identifikasi kemungkinan penyebab,
dengna cara yang tepat
6.
Sediakan informasi pada pasien
tentang kondisi, dengan cara yang tepat
7.
Hindari jaminan yang kosong
8.
Sediakan bagi keluarga atau SO
informasi tentang kemajuan pasien dengan cara yang tepat
9.
Diskusikan perubahan gaya hidup yang
mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi di masa yang akan datang dan
atau proses pengontrolan penyakit
10. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
11. Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan second opinion dengan
cara yang tepat atau diindikasikan
12. Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan, dengan cara yang tepat
13. Rujuk pasien pada grup atau agensi di komunitas lokal, dengan cara
yang tepat
14. Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan pada
pemberi perawatan kesehatan, dengan cara yang tepat
|
Semoga Bermanfaat ^^
Silahkan tinggalkan pesan, boleh request LP loh..